Langsung ke konten utama

aku dan dokter

Siang ini aku datang ke salah satu klinik kecantikan yang biasa aku datangi. BUkan ditempat yang biasanya sih, di salah satu cabany tepatnya. Saat itu aku akan konsultasi tentang jenis obat yang biasa aku pakai. Beginiliah kira-kira percakapan yang terjadi di dalam ruang konsultasi D : Selamat siang… A: Siang dok… A: krim apa yang habis? A; Krim paginya dok… Lalu dokter itu melihat catatan rekamedisku, dan dokter itu agak terkejut. D: Udah lama ya tidak pakai krim nya? (melihat tagl trakhir pembelianku yakni bulan 6 bulan yang lalu) A; iya dok,, jarang dipake, suka lupa juga kalo krim malemnya.. kalo lagi pas ada jerawat aja baru kerasanya..ujarku sambil terseyum kecil. Lalu saya pun melanjutkan: A; DOk boleh Tanya gak? Itu kan saya pake krim C, nah itu apakah stelah 2 bulan saya akan ganti ke krim D? krim yang di atasnya? Mungkin karena pemakaian 2 bulan sudah membuat kulit saya kebal, Tanya saya D; tidak, tidak ada..jadi tidak membuat kebal seperti itu, itu tergantung penggunanya saja dan kebutuhan. A : maksudnya kebutuhan itu yang kayak apa yah Dok? Cz soalnya teman saya yang menurut saya mukanya tidak pernah jerawatan dia malah pakai krim D, saya krim C, padahal jenis krim malam dan facial wash nya sama dengan saya. Itu yang membedakan apa? D: ya itu tergantung jenis kulitnya juga. Misalnya krim pagi A dipake kalo untuk jerawat kecil-kecil saja, hanya komedo, lalu kalau krim pagi C digunakan untuk jerawat yang tingkatnya agak parah.. A : lah dulu saya pertama kali konsul saya diberi krim pagi A, sekarang kok saya jadi krim pagi C? berarti bukannya peningkatan tapi malah muka saya dikasih krim untuk tingkat yang lebih tinggi lagi, berarti selama perawatan disini bukannya membaik…. Mungkin pak dokter ini sudah mengerti maksud pertanyaan saya. Jika saya dulu datang kesini dengan tingkat jerawat tidak parah, setelah pemakaian bukannya membaik tapi kok malah diberi krim yang untuk kulit berjerawat sih? Akhirnya dokter itu agkat bicara D: ya sudah kamu mau pake krim A lagi? A: yah sebisa mungkin ingin yang bahan kandungannya tidak banyak bahan kimia, dan yang sesuai dengan ebutuhan kulit saya D: ya sudah ini kamu pakai krim A lagi, ini yang bahan kandungannya paling ringan. (Tuh kan,akhirnya dokter itu mengatakannya juga.. bahan kandungan paling ringan!!!! Itu berari tiap tingkatan makin berat kandungan bahannya.. dan menurut asumsiku, pasti seteleh beberapa lama penggunaan akan membuat kulit menjadi kebal… Dan sepertinya dokter itu seakan-akan membaca gelagatku yang sebenarnya masih ingin bertanya lagi, lalu ia mencoret orderan krim C ku dan menggantinya dengan krim A (setelah aku bertany atentunya, kalau tidak mungkin aku akan tetap diberi krim C) LAlu ia langsung menyodorkan resep itu, sempat kulihat tulisan dokter disana, selain krim yang aku pesan maksudku. Entah apa aku tidak mengerti. MAsih belum puas sebenaranya…dan lagi-lagi di krim yang aku pakai tidak tertulis bahan-bahan yang dipakai apa saja. Yang tertera hnayalah no BPOM yang mana telah lulus uji coba dan layak dipakai. Tapi aku tetap ingin tahu dan penasaran. Hmm mungkin besok aku akan konsul dengan dokter pendirinya langsung. Semoga memberikan jawaban yang memuaskan. Kudengar ia pernah mengadakan seminar tentang kecantikan di Fakultas Kedokteran universitasku saat itu, tapi sayang aku tidak hadir saat itu. Aku haya tidak ingin menjadi konsumen pasif yang tidak tahu menahu tentang obat apa yang dipakaianya, atau mungkin ada kemungkinan buruk dari itu semua, efek yang ditimbulkan di kemudian hari. Hmmm..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

cita-citaku

href="file:///C:%5CUsers%5Cjust2dat%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"> Seperti kebanyakn orang, kita mungkin punya cita-cita setelah lulus dari perguruan tinggi. Sebenarnya para orang tua dan guru seringkali mencekoki dengan mengatakan bahwa jika kita tidak mempunyai cita-cita, maka kita tidak akan mencapai apa yang kita inginkan. Memang cita-cita merupakan pendorong yang terbesar. Cita-cita harus memberikan inspirasi kepada kita. Harus mampu membuat kita ingin memanfaatkan hari-hari dengan semaksimal mungkin dan berusaha meraihnya dnegan penuh semangat. Tetapi membaca daftar cita-cita setiap hari bisa membuat kita ketakutan (kata di buku loh). Bagaimana tidak, kalau anda terus diingatkan akan hal-hal yang ingin kita capai padahal jalan yang harus ditempuh masih panjang? HAsilnya, kita mungkin akan putus asa dan berkecil hati. Membuat daftar...

The stay-at hum-mom

Tadi siang saya melihat acara di salah satu stasiun swasta yang membahas tentang bayi. Segala tumbuh kembang bayi dan anak. Mulai dari pijat bayi untuk melatih motorik anak, makanan bayi sehat, training baby languange,sampai cara pemberian ASI yang benar. Acara yang dipandu oleh wanita muda itu mewawancarai  sekumpulan ibu-ibu muda cantik yang datang ke tempat training baby languange tersebut. RAsanya sangat senang melihat raut wajah para ibu tersebut. Mereka semua adalah seorang ibu yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarga, dimana menjadi full time mom adalah pilihannya. Tidak mudah untuk mengambil keputusan tersebut. Di jaman yang serba modern seperti ini dimana berkarier bukan menjadi keharusan karena untuk menambah penghasilan rumah tangga, tapi berkarier sebagai bentuk pencapaian kesuksesan dan aktualisasi diri bagi sebagian orang. Kulihat ibu-ibu muda tersebut cerdas dan benar-benar tulus mengurus bayinya. Di lain waktu saya pernah melihat acara serupa tentang ...

a young teenage

Adikku laki-laki yang pertama sekarang sudah menginjak usia 14 tahun. Perubahan-perubahan sudah mulai nampak pada dirinya, baik fisik maupun secara emosional. Aku pun mulai menyadari bahwa aku tidak bisa meperlakukan adikku sama seperti ia masih SD. Dunianya mulai meluas. Ia tidak hanya terikat dengan suatu lingkungan utama yaitu keluarga tapi juga sudah mulai melepaskan diri dan intens berhubungan dengan teman sebaya dibanding keluarga. Jujur, pada awalnya aku khawatir. Aku takut ia mendapat teman yang tidak benar. Untuk itu setiap akhir pekan saat ia di rumah aku selalu bertanya tentang kehidupan di asramanya. Siapa saja teman-temannya, kegiatan apa saja yang suka mereka lakukan dsb. Tapi mungkin cara bertanyaku salah. Aku bukan bertanya "ingin mengetahui dan tertarik dengan kehidupannya", namun seolah-olah aku bertanya dengan nada interogasi, dan tentu s aja itu yang membuatnya enggan bercerita padaku.. kuamati tingkah lakunya belakangan ini. Ia mulai menyenangi musik, apa...