Adikku laki-laki yang pertama sekarang sudah menginjak usia 14 tahun. Perubahan-perubahan sudah mulai nampak pada dirinya, baik fisik maupun secara emosional.
Aku pun mulai menyadari bahwa aku tidak bisa meperlakukan adikku sama seperti ia masih SD. Dunianya mulai meluas. Ia tidak hanya terikat dengan suatu lingkungan utama yaitu keluarga tapi juga sudah mulai melepaskan diri dan intens berhubungan dengan teman sebaya dibanding keluarga.
Jujur, pada awalnya aku khawatir. Aku takut ia mendapat teman yang tidak benar. Untuk itu setiap akhir pekan saat ia di rumah aku selalu bertanya tentang kehidupan di asramanya. Siapa saja teman-temannya, kegiatan apa saja yang suka mereka lakukan dsb.
Tapi mungkin cara bertanyaku salah. Aku bukan bertanya "ingin mengetahui dan tertarik dengan kehidupannya", namun seolah-olah aku bertanya dengan nada interogasi, dan tentu s aja itu yang membuatnya enggan bercerita padaku..
kuamati tingkah lakunya belakangan ini. Ia mulai menyenangi musik, apa pun itu, lalu game-game on line bersama teman-temannya sampai baru-baru ini aku tahu ia pergi ke studio musik untuk mencoba bermain alat-alat musik. Tapi ia tidak pernah sekalipun bercerita padaku.
lalu aku berfikir sejanak. Melihat diriku pada usia 14 tahun saat itu. Apa yang aku lakukan, dengan siapa aku akan bercerita tentang kehidupanku, curhat dengan teman-teman, mulai naksir cowok, mengikuti MTV, membaca komik dsb. Aku juga saat itu enggan bercerita dengan orang tuaku tantang apa yang aku senangi. Aku lebih suka bercerita dan berkumpul dengan teman-temanku.
mungkin itu juga yang ia rasakan sekarang. Biarlah ia menemukan dunianya dengan caranya sendiri. Tetapi dari sini aku akan berusaha untuk menjaganya..
Aku pun mulai menyadari bahwa aku tidak bisa meperlakukan adikku sama seperti ia masih SD. Dunianya mulai meluas. Ia tidak hanya terikat dengan suatu lingkungan utama yaitu keluarga tapi juga sudah mulai melepaskan diri dan intens berhubungan dengan teman sebaya dibanding keluarga.
Jujur, pada awalnya aku khawatir. Aku takut ia mendapat teman yang tidak benar. Untuk itu setiap akhir pekan saat ia di rumah aku selalu bertanya tentang kehidupan di asramanya. Siapa saja teman-temannya, kegiatan apa saja yang suka mereka lakukan dsb.
Tapi mungkin cara bertanyaku salah. Aku bukan bertanya "ingin mengetahui dan tertarik dengan kehidupannya", namun seolah-olah aku bertanya dengan nada interogasi, dan tentu s aja itu yang membuatnya enggan bercerita padaku..
kuamati tingkah lakunya belakangan ini. Ia mulai menyenangi musik, apa pun itu, lalu game-game on line bersama teman-temannya sampai baru-baru ini aku tahu ia pergi ke studio musik untuk mencoba bermain alat-alat musik. Tapi ia tidak pernah sekalipun bercerita padaku.
lalu aku berfikir sejanak. Melihat diriku pada usia 14 tahun saat itu. Apa yang aku lakukan, dengan siapa aku akan bercerita tentang kehidupanku, curhat dengan teman-teman, mulai naksir cowok, mengikuti MTV, membaca komik dsb. Aku juga saat itu enggan bercerita dengan orang tuaku tantang apa yang aku senangi. Aku lebih suka bercerita dan berkumpul dengan teman-temanku.
mungkin itu juga yang ia rasakan sekarang. Biarlah ia menemukan dunianya dengan caranya sendiri. Tetapi dari sini aku akan berusaha untuk menjaganya..
Komentar
Posting Komentar