Langsung ke konten utama

cemburu

Cemburu,
Kata itu pasti sering kita dengar dalam keseharian kita. Tak sengaja pernah suatu kali saya membaca skripsi yang membahas tentang topic itu. Entah dikaitkan dengan kepribadian, pola asuh orang tua atau apa saya lupa.  Yang saya ingat adalah baris-baris dalam daftar pustaka yang berisi pengertian cemburu adalah perasaan campuran antara marah, rasa rendah diri, takut tersaingi dan takut kehilangan yang muncul pada diri individu.
Dan tau tidak apa yang pertama kali muncul dalam benak ku saat itu? Wew ternyata bikin skripsi bisa sangat menyenangkan dengan topic-topik ringan yang ada dalam keseharian kita..he..he..
Aku pun pernah merasakan rasa cemburu itu. Rasa marah, bercampur aduk dengan adanya rasa iri pada sesuatu. ( dalam hal ini orang). Sebagai seseorang yang sedang menjalani hubungan dengan lawan jenis aku pun pernah (sering) dipusingkan dengan rasa cemburu itu.
Benar-benar tidak enak rasanya. Hal sekecil apapun bisa membuat kita jeleous. Semisal dia berkomunikasi di fb dengan temannya membicarakan masalah bola, fotografi, pemerintahan, berita-berita yang up to date,dsb. Aku merasa cemburu .

Mungkin dia memiliki segudang aktivitas,, aku pun merasa cemburu akan hal itu. Aku khawatir jika ia menyukai/ disukai oleh salah satu teman dalam kelompoknya itu. Atau mungkin hal sepele seperti hanya dengan membaca percakapan pasangan kita di fb.
Bagian dari diri kita yang lain berkata, “Hey,,kalian sedang mebicarakan apa sih? Asyik sekali.. dia cowok/cewekku.. kenapa kalian bisa mengobrol menyenangkan seperti itu? Begitu pasti suara hati berkata.
Kita sama-sama tahu pasangan kita memiliki dunaianya sendiri di luar sana. Kuliah, pekerjaan, organisasi, keluarga, hobi, kegiatan olah raga, kelompok-kelompok, dsb. Ia begitu disibukkan dan asyk dnegan dunianya. Ia asyik dengan teman-temannya. 

Hey, tapi lihat! Apa yang perlu dicemburui dari sini? Apakah kita akan cemburu dengan semua itu? Apakah kita khawatir dibalik semua itu keberadaan kita terancam, takut akan kehilangan dirinya? Dan perasan cemsa serta rendah diri terus membayangi diri kita?
Sekarang aku pun memposisiskan jika aku ada di posisi itu. Dan melihat pasangan kita sebagai pribadi dan sebagai makhluk sosial.. apa yang aku sukai dari dirinya, dan apa yang membentuknya menjadi seperti itu sehingga aku menyukainya??

YUP.. karakter pribadinyalah yang aku suka darinya. Darimana karakter itu terbentuk? Tentu tidak akan lepas dari kegiatan sosialnya juga kan? Bayangkan jika kita dan pasangan kita tidak memiliki dunia itu dengan segudang aktivitasnya, dan hanya ada kita berdua.
Tentu akan sangaat membosankan dan bisa dibayangkan kan?
Jadi kali ini pun aku tersadar tidak ada gunanya mencemburui kehidupan sosialnya. Justru itu menjadi motivasi yang terus mendorongku untuk mengaktualisasikan diri dengan caraku sendiri. If His personality cauhgt my eyes on him, why I cant do exactly the same? ^^
-with all his interest, social life, strong, and weaknesses; I do love him <3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

a young teenage

Adikku laki-laki yang pertama sekarang sudah menginjak usia 14 tahun. Perubahan-perubahan sudah mulai nampak pada dirinya, baik fisik maupun secara emosional. Aku pun mulai menyadari bahwa aku tidak bisa meperlakukan adikku sama seperti ia masih SD. Dunianya mulai meluas. Ia tidak hanya terikat dengan suatu lingkungan utama yaitu keluarga tapi juga sudah mulai melepaskan diri dan intens berhubungan dengan teman sebaya dibanding keluarga. Jujur, pada awalnya aku khawatir. Aku takut ia mendapat teman yang tidak benar. Untuk itu setiap akhir pekan saat ia di rumah aku selalu bertanya tentang kehidupan di asramanya. Siapa saja teman-temannya, kegiatan apa saja yang suka mereka lakukan dsb. Tapi mungkin cara bertanyaku salah. Aku bukan bertanya "ingin mengetahui dan tertarik dengan kehidupannya", namun seolah-olah aku bertanya dengan nada interogasi, dan tentu s aja itu yang membuatnya enggan bercerita padaku.. kuamati tingkah lakunya belakangan ini. Ia mulai menyenangi musik, apa...

FILOSOFI TERAS

 Hari ini aku mendapatkan buku baru yang best seller, yakni mengenai filosofi teras :) Buku yang aku dapat dan bisa aku unduh di gramedia digital..setelah kami urunan 3 orang kami bisa langganan 1 tahun bebas membaca buku. Yah itulah aku dan inong,, kadang kami bertolak belakang, suka tidak sepaham dalam hal-hal kecil tapi somehow dia itu memiliki cara pandang hidup yang berbeda dan malah membuka wawasanku.. hehehe anyway di buku filosofi teras itu ada 1 hal yang aku tangkap. yakni fokus kan hidup kita pada apa yang dapat kita kendalikan dalam hidup. jangan memusingkan hal-hal di luar kita, seperti nanti hasilnya akan apa, bagaimana pendapat orang lain, apa yang akan terjadi, dan sebagainya, tapi fokuslah pada apa yang dapat kamu lakukan,, itu yang tertera didalam buku itu.  Disaat outcome atau hasil tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, secara mental kita seharusnya tidak terlalu terpuruk, karena fokus kita pada internal goal , bukan pada outcome. JIka kita sudah mencob...
Setelah 8 tahun tidak ke kota ini, akhirya kesini bersama dengan teman-teman kantor