Langsung ke konten utama

The stay-at hum-mom

Tadi siang saya melihat acara di salah satu stasiun swasta yang membahas tentang bayi. Segala tumbuh kembang bayi dan anak. Mulai dari pijat bayi untuk melatih motorik anak, makanan bayi sehat, training baby languange,sampai cara pemberian ASI yang benar.
Acara yang dipandu oleh wanita muda itu mewawancarai  sekumpulan ibu-ibu muda cantik yang datang ke tempat training baby languange tersebut.

RAsanya sangat senang melihat raut wajah para ibu tersebut. Mereka semua adalah seorang ibu yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarga, dimana menjadi full time mom adalah pilihannya. Tidak mudah untuk mengambil keputusan tersebut. Di jaman yang serba modern seperti ini dimana berkarier bukan menjadi keharusan karena untuk menambah penghasilan rumah tangga, tapi berkarier sebagai bentuk pencapaian kesuksesan dan aktualisasi diri bagi sebagian orang. Kulihat ibu-ibu muda tersebut cerdas dan benar-benar tulus mengurus bayinya.
Di lain waktu saya pernah melihat acara serupa tentang ibu-ibu kantor yang sibuk dan harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan selesai. Di jaman yang serba modern seperti ini rasanya semua bisa dilakukan. Seprti misalanya menitipkan bayi yang baru berusia 3 bulan pada penitipan anak, lalu setiap pagi ibu itu memerah ASI, memasukkan dalam botol, dan memberikan botol berisi ASI tersebut pada penitipan anak. Bahkan untuk memantau si kecil, di tempat penitipan bayi tersebut dipasangi web cam, yang dapat di akses langsung di ruang bekerja sang ibu, sehingga ibu bisa memantau anaknya setiap saat. Serba modern dan praktis sih,, tapi tetap saja tidak ada kelekatan yang terbentuk di sana,
 

Sejujurnya saya tidak tahu bagaimana tanggapan saya mengenai 2 fenemena ini. Saya pun belum sampai ke tahap itu, hanya melihat dan mendengar dari lingkungan sekitar. Jujur, saya dibesarkan oleh seorang wanita yang bekerja, yang saya salut kepadanya bisa sedemikian rupa mengatur rumah tangga, membesarkan kelima orang anaknya, sambil bekerja dari jam 8 sampai jam 4 sore. Sewaktu aku kecil, aku pernah bertanya pdanya mengapa ia bekerja. Ia pun berkata, jika disuruh memilih tentunya ia akan memilih tidak bekerja, tapi single income saja tidak cukup untuk menghidupi keluarga, begitu ujarnya.

yah, tapi saya sangat menghargai keputusan yang diambil.  tidak mudah bagi wanita jaman sekarang dimana ia memutuskan untuk menjadi full time mom bagi anak-anaknya. Jika di satu sisi wanita lajang, mengejar karir, aktualisasi diri sempurna, itu wajar, karena tidak ada hal lain yang dipikirkan kecuali dirinya. Namun ketika memutuskan untuk menjadi seorang full time mom dengan seorang anak dan keluarga, tentulah kesuksesan pribadi bukan menjadi prioritas pertama.
Siapa bilang menjadi full time mom tidak bisa mengaktualisasi diri?mengurus anak, memebsarkan, sekaligus menanamkan nilai-nilai dan moral yang baik, bukankah itu pekerjaan yang sangat mulia? kelak ketika jagoan-jagoan putra dan putrinya akan sangat berterimakasih dengan bunda yang luar biasa yang selalu ada untuk mereka.
seorang anak cerdas yang akan mengatakan dengan bangga bahwa sang ibunda telah mengaktualisasikan diri dengan sempurna ketika memutuskan untuk menjadi full time mom.. Seorang sahabat yang menjadi ibunda sempurna bagi buah hatinya :)


picture taken from www.gettyimages.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

cita-citaku

href="file:///C:%5CUsers%5Cjust2dat%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"> Seperti kebanyakn orang, kita mungkin punya cita-cita setelah lulus dari perguruan tinggi. Sebenarnya para orang tua dan guru seringkali mencekoki dengan mengatakan bahwa jika kita tidak mempunyai cita-cita, maka kita tidak akan mencapai apa yang kita inginkan. Memang cita-cita merupakan pendorong yang terbesar. Cita-cita harus memberikan inspirasi kepada kita. Harus mampu membuat kita ingin memanfaatkan hari-hari dengan semaksimal mungkin dan berusaha meraihnya dnegan penuh semangat. Tetapi membaca daftar cita-cita setiap hari bisa membuat kita ketakutan (kata di buku loh). Bagaimana tidak, kalau anda terus diingatkan akan hal-hal yang ingin kita capai padahal jalan yang harus ditempuh masih panjang? HAsilnya, kita mungkin akan putus asa dan berkecil hati. Membuat daftar...

a young teenage

Adikku laki-laki yang pertama sekarang sudah menginjak usia 14 tahun. Perubahan-perubahan sudah mulai nampak pada dirinya, baik fisik maupun secara emosional. Aku pun mulai menyadari bahwa aku tidak bisa meperlakukan adikku sama seperti ia masih SD. Dunianya mulai meluas. Ia tidak hanya terikat dengan suatu lingkungan utama yaitu keluarga tapi juga sudah mulai melepaskan diri dan intens berhubungan dengan teman sebaya dibanding keluarga. Jujur, pada awalnya aku khawatir. Aku takut ia mendapat teman yang tidak benar. Untuk itu setiap akhir pekan saat ia di rumah aku selalu bertanya tentang kehidupan di asramanya. Siapa saja teman-temannya, kegiatan apa saja yang suka mereka lakukan dsb. Tapi mungkin cara bertanyaku salah. Aku bukan bertanya "ingin mengetahui dan tertarik dengan kehidupannya", namun seolah-olah aku bertanya dengan nada interogasi, dan tentu s aja itu yang membuatnya enggan bercerita padaku.. kuamati tingkah lakunya belakangan ini. Ia mulai menyenangi musik, apa...